Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur, memiliki bendungan yang cukup lumayan besar, berlokasi di Desa Siman, namanya WADUK SIMAN. Dari kota Pare - Kediri kearah timur jurusan Kandangan lebih kurang di kilometer 10 disitu ada penunjuk arah menuju Waduk Siman , lalu belok ke kanan menurut alur jalan tersebut lebih kurang 4 kilometer maka sampailah ke Waduk Siman. Waduk ini dibangun oleh pemerintah menggunakan anggaran pusat dengan menelan biaya lebih kurang........ rupiah. Waduk Siman ini sangat berfungsi untuk menampung air hujan dan air dari sungai-sungai sekitar waduk juga bermanfaat untuk mengairi tanah sawah utamanya sekitar waduk tersebut. Namun kenyataannya tidak hanya itu saja, tanah sawah yang cukup jauhpun bisa teraliri. Walhasil petani khususnya di kecamatn Kepung dan umunya petani diluar Kecamatan Kepung ikut merasakan manfaatnya.
Semangat para petani Kecamata Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur ini memang perlu mendapat acungan jempol, hasil taninya baik sayur-mayur, palawija, padi, jagung dan tanaman lainnya cabai, kedelai, mentimun, krai, bawang merah, bawang putih, wuih... pokoknya semuanya berhasil dengan baik. Didukung oleh cuaca dan pengairan cukup, maka tidak diragukan lagi akan hasil taninya, cukup membuat hati petaninya bangga dan puas.
Sedangkan khusus mengenai Waduk Siman, lingkungannya cukup memiliki panorama yang asri, biarpun memiliki sedikit keindahan yang perlu dibenahi sana-sini. Memang Waduk Siman bukanlah taman wisata, jadi ya apa adannya, artinya tidak perlu dibenahi seperti tempat-tempat wisata pada umumnya. Hanya dilingkungan waduk ada orang jual minuman dan makanan kecil, itu hanya ide pribadi penjual saja. Cobalah anda lihat hasil jepretan kolektor dibawah ini :
Saat IAIT Kediri KKN dan sempat singgah di waduk siman ( Juli 2010)
Lingkungannya cukup nyaman untuk beristirahat.
Juga bisa untuk santai-santai, sambil mancing , oke.......
Pokoknya anda bebas sajalah di waduk siman
Yang penting ke waduk siman untuk melepas lelah, ngrumpi, cerita-cerita apalah itu, ini.
Jikalau untuk mandi seperti anak-anak ini ya...... bahaya, khawatir ada binatang buas.
Jikalau capek ngrumpi saja di warung kopi di timur waduk.
usai kerja bhakti, makan-makan dulu ah...........
Ustad Suharmaji, jabatan terakhir ADIPATI PUCANGANOM
===:kolektor dan penulis naskah mBah Sakrip:===
Selasa, 17 Mei 2011
Minggu, 24 April 2011
PERPISAHAN itu untuk jumpa kembali (seri 6 tamat)
Lebih kurang jam 16.30 pada hari yang ketigapuluh itu tibalah kami di Posko, sepulang dari Air Terjun Tretes, kami langsung mandi, sholat 'Asyar dan kendadapan bikin persiapan perpisahan. Biarpun kami memang kelelahan, biarpun kami sedang diomeli oleh para yang ditinggal di POSKO, kami sudah siap "diam" nglenggono. Sebabnya ya memang kepergian kami ke Tretes mendadak dan tanpa program.
Ternyata benar, lelah itu juga membawa nikmat, sehabis sholat 'Asyar aku tidak langsung kerja, tapi tertidur di masjid............., al hamdulillaaaah, biarpun hanya 10 menit saja, tapi nikmaaatttt. Begitu bangun langsung....... ikutan grudag-grudug bikin persiapan malam perpisahan.
Perpisahan malam itu memang sederhana, artinya tidak bikin panggung hiburan kayak malam inagorasi rame-rame, tapi yang penting disusun sedemikian rupa ada sambutan sekapur sirih mohon pamit dan maaf dari peserta KKN Kelompok IV yang saat itu diwakili oleh Ustad Mohammad Syafii. Sedangkan sambutan pinisepuh diwakili oleh bapak Sido Rianto, Lurah Desa Brumbung. Selanjutnya diakhiri pembacaan do'a oleh Bapak Kyai Toha Amin dan Pak Kyai Mujahidi Dusun Tamping.
Tidak ketinggalan Ibu-ibu kelompok Yasin Tahlil dan KBBS serta Guru-guru TPQ Brumbung,juga diaturi rawuh.
Selesailah acara, dan selanjutnya diaturi makan bersama dan salam-salaman. Sepulangnya para pinisepuh dan tokoh masyarakat, kami peserta KKN kelompok IV kembali umyeg bersih-bersih, kembaliin ini, kembaliin itu, dan kembali ke Posko dengan membawa lelah dan ngantuk. Tapi nggak bisa tidur, sebab tinggal malam itu saja kami berkumpul dengan teman-teman, jadi ya kita buat malam itu sampai pagi ngobrol terus....,ngobrol ngalor-ngidul, tahu-tahu subuh.
Paginya, setelah makan kami kumpul lagi diruang depan posko untuk minta pamit kepada shohibul bait, yaitu pemilik rumah posko, Bapak dan Ibu Haji Muhsin, serta Bapak dan Ibu Haji Qodir. Kata pamit pagi ini ternyata dibarengi dengan rasa haru yang tak tertahan, derai air mata tangis baik dari peserta KKN dan shohibul bait tak terbendung, bersalaman dan diringi dengan bacaan sholawat. Sebentar kemudian kamipun meninggalkan Posko menuju Aula Kantor Kecamatan Kepung. Selanjutnya kata pisah dengan Pak Camat diurai dari Institut, setelah itu kami kembali kerumah masing-masing dengan penuh kepuasan.
======:T A M A T:=======
Tidak ketinggalan Ibu-ibu kelompok Yasin Tahlil dan KBBS serta Guru-guru TPQ Brumbung,juga diaturi rawuh.
Selesailah acara, dan selanjutnya diaturi makan bersama dan salam-salaman. Sepulangnya para pinisepuh dan tokoh masyarakat, kami peserta KKN kelompok IV kembali umyeg bersih-bersih, kembaliin ini, kembaliin itu, dan kembali ke Posko dengan membawa lelah dan ngantuk. Tapi nggak bisa tidur, sebab tinggal malam itu saja kami berkumpul dengan teman-teman, jadi ya kita buat malam itu sampai pagi ngobrol terus....,ngobrol ngalor-ngidul, tahu-tahu subuh.
Paginya, setelah makan kami kumpul lagi diruang depan posko untuk minta pamit kepada shohibul bait, yaitu pemilik rumah posko, Bapak dan Ibu Haji Muhsin, serta Bapak dan Ibu Haji Qodir. Kata pamit pagi ini ternyata dibarengi dengan rasa haru yang tak tertahan, derai air mata tangis baik dari peserta KKN dan shohibul bait tak terbendung, bersalaman dan diringi dengan bacaan sholawat. Sebentar kemudian kamipun meninggalkan Posko menuju Aula Kantor Kecamatan Kepung. Selanjutnya kata pisah dengan Pak Camat diurai dari Institut, setelah itu kami kembali kerumah masing-masing dengan penuh kepuasan.
======:T A M A T:=======
Kolektor foto dan penulis naskah
mBah Sakrip, nim 07.030.0480AIR TERJUN TRETES wonosalam jombang............(seri 5)
KE Taman Wisata Air Terjun TRETES Wonosalam - Jombang, Jawa Timur, sebenarnya suatu tindakan refreeshing spontanitas dari sebagian peserta KKN Kelompok IV IAI Tribakti Kediri. Waktu itu kan hari yang ke 30, dan pagi itu sebenarnya dijadwalkan untuk mempersiapkan perpisahan dengan tokoh masyarakat dilingkungan Posko Kelompok IV termasuk dengan pinisepuh, para pamong Desa dan utamanya dengan Bapak Kepala Desa Brumbung. Jadwal itu sejak pagi memang sudah dipersiapkan matang dan berjalan bagus sesuai dengan rencana. Artimya yang ditugasi mempersiapkan konsumsi ya sudah jalan, yang ditugasi membuat dekorasi ya sudah jalan, yang ditugasi mengantar undangan ya sudah jalan dan yang ditugasi bersih-bersih lokasi perpisahan juga sudah jalan. Apalagi...........
Tinggal yang belum beres yaitu di bagian konsumsi saja, katanya jikalau dimasak pagi, malamnya makanan itu jika dikonsumsi kurang sedap. Sedang dibagian dekorasi yang ditugasi kurang trampil melaksanakan tugas sehingga dibantulah oleh teman-teman yang lain, dan wal akhir ada bahan yang kurang, jadi yang berhentilah sejenak menunggu dia belanja sehingga tenaga pembantu pada nganggur. Kayaknya seingat aku, teman-teman ada yang nyeletuk; "ayo refreeshing". Jawab salah satu teman: "ayo kemana....?". "Ke Air Terjun dekat Kandangan". Ayo....ayo...ayooooo.....!, spontan berangkatlah sebagian dari kami tanpa koordinator. Menurut perkiraan Air Terjun Tretes cuma dekat dan sebentar saja, maka ikutlah aku dan teman-teman.
Ternyata rutenya dari kota Kandangan masih ke utara lebih kurang 20 Km, wuih jauh, lama dan keblasuk-blasuk lagi, salah jalan............! Tanjakan jalan naik drastis, hampir-hampir speda motorku terperosok. Alahamdulillah selamat, cuma speda motor temanku mBak Sus, nggoling ke parit, terperosok kakinya agak luka. Brangkat dari posko jam 10 siang, tiba desa Galengdowo - Wonosalam sudah Dhuhur, jadi ya istirahat dululah. Setelah sholat dhuhur di Masjid, runding punya runding, mau pulang jauh kalau kita melanjutkan perjalanan tinggal 5 Km, jadi ya............ berangkatlah menuju Tretes.
Sepeda motor dititipkan warga dekat perumahan, jalan menuju tretes, selanjutnya jalan kaki sepanjang 5 Km menelusuri Jalan Setapak Makadam selebar lebih kurang 1,5 meter. Dikiri jalan ada bukit nan tinggi, dikanan jalan ada jurang nan terjal......., bahaya. Jikalau lagi simpangan sama petani kopi yang bersepeda motor, kami merapat kekananpun masih terserempet karung yang dibonceng, uih....... slamet-slamet.
Untuk menuju Air Terjun Tretes jalan setapak itu melalui dua penyeberangan yaitu sungai yang penuh bebatuan, ternyata masih dapat satu penyeberangan saja sudah lelah, lelah...., lelah................, teman-teman istirahat sebentar dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Sedangkan aku penulis cerita ini, Bu Susiuah dan Bu Anni Muzdalifah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan, lelah............., haus.......haus....! Dan kami bertiga berhentilah istirahat dipenyeberangan pertama. Setelah itu ya kembali ke penitipan sepeda dengan jalan yang gontai-sempoyongan. Sesampai ditempat ya langsung duduk dan.... tidur.
Kira-kira jam setengah empat sore, teman-teman baru datang. Tampak kelelahan. Lemes dan sambatan. Aduh....aduh...., kapok, wis ora mrana maneh, jauuuuhhhhh dan melelahkan. Mereka sama bercerita sebenarnya Panorama Air Terjun Tretes - Wonosalam itu bagus lho, indah dan masih alami, udara sejuk, nyaman, menghibur, cuma sayang belum dikelola dan kayaknya belum ada penangan dari pemerintah setempat. Sehingga ya gimana gitu, sekali saja dan tak kembali.
Ustadzah Anni Muzdalifah berjalan dengan penuh kelelahan tapi riang. Sebenarnya dia berpikir....... dilajutkan apa nggak ya......?
Sesampai di penyeberangan pertama, duduklah dia berdua Bu Anii dan Bu Sussiyah berunding dan ambil keputusan "kembali keposko", awak sudah kuuueeeseeel banget, kaki nggak mau diajak jalan terus. Habis menuju Air Terjun Tretes masih 3 kilometer lagi lho......!
Demikian juga aku......... lelah, haus, dan akhirnya ikutan kembali ke posko bersama dua cewek Bu Susiyah dan Bu Anni Muzdalifah.
penulis naskah dan kolektor : mbah sakrip
(selanjutnya baca seri 6 tamat)
===:skp:===
Tinggal yang belum beres yaitu di bagian konsumsi saja, katanya jikalau dimasak pagi, malamnya makanan itu jika dikonsumsi kurang sedap. Sedang dibagian dekorasi yang ditugasi kurang trampil melaksanakan tugas sehingga dibantulah oleh teman-teman yang lain, dan wal akhir ada bahan yang kurang, jadi yang berhentilah sejenak menunggu dia belanja sehingga tenaga pembantu pada nganggur. Kayaknya seingat aku, teman-teman ada yang nyeletuk; "ayo refreeshing". Jawab salah satu teman: "ayo kemana....?". "Ke Air Terjun dekat Kandangan". Ayo....ayo...ayooooo.....!, spontan berangkatlah sebagian dari kami tanpa koordinator. Menurut perkiraan Air Terjun Tretes cuma dekat dan sebentar saja, maka ikutlah aku dan teman-teman.
Ternyata rutenya dari kota Kandangan masih ke utara lebih kurang 20 Km, wuih jauh, lama dan keblasuk-blasuk lagi, salah jalan............! Tanjakan jalan naik drastis, hampir-hampir speda motorku terperosok. Alahamdulillah selamat, cuma speda motor temanku mBak Sus, nggoling ke parit, terperosok kakinya agak luka. Brangkat dari posko jam 10 siang, tiba desa Galengdowo - Wonosalam sudah Dhuhur, jadi ya istirahat dululah. Setelah sholat dhuhur di Masjid, runding punya runding, mau pulang jauh kalau kita melanjutkan perjalanan tinggal 5 Km, jadi ya............ berangkatlah menuju Tretes.
Sepeda motor dititipkan warga dekat perumahan, jalan menuju tretes, selanjutnya jalan kaki sepanjang 5 Km menelusuri Jalan Setapak Makadam selebar lebih kurang 1,5 meter. Dikiri jalan ada bukit nan tinggi, dikanan jalan ada jurang nan terjal......., bahaya. Jikalau lagi simpangan sama petani kopi yang bersepeda motor, kami merapat kekananpun masih terserempet karung yang dibonceng, uih....... slamet-slamet.
Untuk menuju Air Terjun Tretes jalan setapak itu melalui dua penyeberangan yaitu sungai yang penuh bebatuan, ternyata masih dapat satu penyeberangan saja sudah lelah, lelah...., lelah................, teman-teman istirahat sebentar dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Sedangkan aku penulis cerita ini, Bu Susiuah dan Bu Anni Muzdalifah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan, lelah............., haus.......haus....! Dan kami bertiga berhentilah istirahat dipenyeberangan pertama. Setelah itu ya kembali ke penitipan sepeda dengan jalan yang gontai-sempoyongan. Sesampai ditempat ya langsung duduk dan.... tidur.
Kira-kira jam setengah empat sore, teman-teman baru datang. Tampak kelelahan. Lemes dan sambatan. Aduh....aduh...., kapok, wis ora mrana maneh, jauuuuhhhhh dan melelahkan. Mereka sama bercerita sebenarnya Panorama Air Terjun Tretes - Wonosalam itu bagus lho, indah dan masih alami, udara sejuk, nyaman, menghibur, cuma sayang belum dikelola dan kayaknya belum ada penangan dari pemerintah setempat. Sehingga ya gimana gitu, sekali saja dan tak kembali.
Ustadzah Anni Muzdalifah berjalan dengan penuh kelelahan tapi riang. Sebenarnya dia berpikir....... dilajutkan apa nggak ya......?
Sesampai di penyeberangan pertama, duduklah dia berdua Bu Anii dan Bu Sussiyah berunding dan ambil keputusan "kembali keposko", awak sudah kuuueeeseeel banget, kaki nggak mau diajak jalan terus. Habis menuju Air Terjun Tretes masih 3 kilometer lagi lho......!
Demikian juga aku......... lelah, haus, dan akhirnya ikutan kembali ke posko bersama dua cewek Bu Susiyah dan Bu Anni Muzdalifah.
penulis naskah dan kolektor : mbah sakrip
(selanjutnya baca seri 6 tamat)
===:skp:===
Jumat, 08 April 2011
KACANG PANJANG produk unggulan.....
DESA SIDOMEKAR, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, memiliki produk unggulan yang tidak dilupakan oleh para petani, selain menanam Padi, Jagung, Kedelai dan Jeruk. Produk pertanian yang sudah dikenal di pasar-pasar Kota Surabaya, Pasar Keputran, Pasar Wonokromo dan Pasar Kembang, yaitu KACANG PANJANG. Kacang Panjang asal Sidomekar ini dikenal oleh bakul-bakul Surabaya dengan jejuluk Kacang Banyuwangi. "Tak mengapalah itu hanya julukan saja", kata bakul-bakul yang membawanya ke pasar-pasar di Surabaya..Memang dulunya bibit kacang panjang tersebut berasal dari Banyuwangi, dibawa oleh salah satu petani Sidomekar dan dikembangkannya. Kegiatan para pedagang Kacang Panjang asal Desa Sedomekar ini sudah berlangsung sejak sekitar tahun 1970 - an. Tempat pengepulannya di Padukuhan Semboro Lor.
Biasanya para petani menanam Kacang Panjang ini pada musim penghujan, dengan perawatan yang cukup rumit dan harus diseriusi. Karena harus diobat, dipupuk, dilanjari dan lain sebagainya, sehingga akan menghasilkan buah yang cukup menggiurkan para konsumen. Pedagang kacang di Surabaya mengatakan bahwa tanda-tanda kacang panjang asal Desa Sidomekar "Kacangnya renyah" artinya tidak layu. Dan sangat beda dengan kacang panjang dari daerah lain.
Jikalau ditilik dari sudut bisnis, hasilnyapun cukup lumayan. Mengenai harganya sama dengan hasil tanaman sayur lainnya, dan juga berlaku hukum ekonomi, artinya jika hasilnya baru dipanen harganya cukup tinnggi, setelah itu harganya turun, turun....., turun..... dan turun drastis.
Biasanya para petani menanam Kacang Panjang ini pada musim penghujan, dengan perawatan yang cukup rumit dan harus diseriusi. Karena harus diobat, dipupuk, dilanjari dan lain sebagainya, sehingga akan menghasilkan buah yang cukup menggiurkan para konsumen. Pedagang kacang di Surabaya mengatakan bahwa tanda-tanda kacang panjang asal Desa Sidomekar "Kacangnya renyah" artinya tidak layu. Dan sangat beda dengan kacang panjang dari daerah lain.
Jikalau ditilik dari sudut bisnis, hasilnyapun cukup lumayan. Mengenai harganya sama dengan hasil tanaman sayur lainnya, dan juga berlaku hukum ekonomi, artinya jika hasilnya baru dipanen harganya cukup tinnggi, setelah itu harganya turun, turun....., turun..... dan turun drastis.
Rabu, 06 April 2011
PRODUK UNGGULAN desa sidomekar........
DESA SIDOMEKAR adalah pemekaran dari Desa Semboro, Kecamatan Tanggul - Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah satu padukuhan Desa Sidomekar adalah Padukuhan Babatan, yang tempo doeloe jejuluk Padukuhan Semboro Babatan Sidodadi. Seperti tampak pada gambar, Padukuhan Babatan sama dengan padukuhan-padukuhan yang lain di kawasan Desa Semboro waktu itu, petaninya punya pruduk yang dibanggakan selain Padi, dan Jagung yaitu Tanaman KEDELAI. Gambar tersebut dijepret oleh penulis naskah ini pada tahun 1973 "waktu itu penulis masih kuliah di A3S Kota Malang"
Cobalah kita amati gambar disamping : Kusir Cikar Kang Miskan, dibantu oleh pemuda tani Babatan a.l : Kang Wajib, Kang Seman, Cak Ponidi, Kang Haji Rofii dan lain-lain. Mereka baru saja tiba dari sawah untuk selanjutnya Kedelai disimpan digudang, kemudian dipanaskan dan selanjutnya di "geblog" ramai-ramai. Hasilnya lumayan..................... Biasanya para petani langsung menjual hasilnya dan tidak menyimpan biji kedelai tersebut lebih lama. Alasan mereka mungkin selain biji kedelai tidak tahan disimpan karena alasan cuaca, para petani tergesa menggunakan uangnya untuk membiayai jadwal tanaman berikutnya, yaitu tanam Jagung.
Kedelai memang membutuhkan cuaca yang pasti, yaitu ditanam pada saat cuaca mengalami transisi dari musim penghujan ke musin kemarau. Pada saat kedelai ditanam musim hujan hampir berakhir sampai masa tumbuh, sedangkan saat kedelai dipanen musim sudah berganti kemarau. Pada musim kemarau inilah petani bisa mengulitinya yang waktu itu masih dengan cara tradisional yaitu dipukuli ramai-ramai, yang biasa disebut dengan "digeblog".
Produk unggulan jenis Kedelai ini berlangsung sangat lama dan secara rutinitas telah dilakukan oleh nenek moyang warga Padukuhan Babatan. Setahu saya nenek moyang mereka antara lain : mBah Joyo, mBah Mujoyo, mBah Mangun, mBah Kadar, mBah Kartawi dan masih banyak lagi. Dikatakan Babatan sebab tempo doeloe memang padukuhan tersebut kawasan pemekaran dari wilayah utara (TANGGUL), kawasan yang masih dibabat (ditebang pohon-pohonnya).
Selain ketiga tanaman unggulan yaitu Padi, Kedelai dan Jagung, tanah sawah para petani diwajibkan ditanami Tebu secara bergilir (glebagan)dengan maksud untuk memasok Produksi Gula yang di prakarsai oleh Pabrik Gula Semboro. Memang Babatan ini tanah sawahnya berada dikawasan Pabrik Gula Semboro, yang secara otomatis para petani harus mendukung atau berpartisipasi terhadap keberadaan Pabrik Gula, biarpun hasilnya sama sekali kurang memadai. Dan akhirnya berkembanglah pendapat bahwa tanaman tebu, RAKYAT boleh ikut menanam dan tebunya lebih lanjut dijual kepada pihak pabrik gula. Kemudian berkembang lagi bahwa Pabrik Gula hanya sanggup menggiling tebunya saja, sedang gulanya supaya dikelola oleh petani sendiri dan seterusnya ............ dan seterunya............, wal akhir petani lebih suka menanam yang lain yaitu JERUK.
=====:Penulis naskah dan kolektor : mBah Sakrip:====
Cobalah kita amati gambar disamping : Kusir Cikar Kang Miskan, dibantu oleh pemuda tani Babatan a.l : Kang Wajib, Kang Seman, Cak Ponidi, Kang Haji Rofii dan lain-lain. Mereka baru saja tiba dari sawah untuk selanjutnya Kedelai disimpan digudang, kemudian dipanaskan dan selanjutnya di "geblog" ramai-ramai. Hasilnya lumayan..................... Biasanya para petani langsung menjual hasilnya dan tidak menyimpan biji kedelai tersebut lebih lama. Alasan mereka mungkin selain biji kedelai tidak tahan disimpan karena alasan cuaca, para petani tergesa menggunakan uangnya untuk membiayai jadwal tanaman berikutnya, yaitu tanam Jagung.
Kedelai memang membutuhkan cuaca yang pasti, yaitu ditanam pada saat cuaca mengalami transisi dari musim penghujan ke musin kemarau. Pada saat kedelai ditanam musim hujan hampir berakhir sampai masa tumbuh, sedangkan saat kedelai dipanen musim sudah berganti kemarau. Pada musim kemarau inilah petani bisa mengulitinya yang waktu itu masih dengan cara tradisional yaitu dipukuli ramai-ramai, yang biasa disebut dengan "digeblog".
Produk unggulan jenis Kedelai ini berlangsung sangat lama dan secara rutinitas telah dilakukan oleh nenek moyang warga Padukuhan Babatan. Setahu saya nenek moyang mereka antara lain : mBah Joyo, mBah Mujoyo, mBah Mangun, mBah Kadar, mBah Kartawi dan masih banyak lagi. Dikatakan Babatan sebab tempo doeloe memang padukuhan tersebut kawasan pemekaran dari wilayah utara (TANGGUL), kawasan yang masih dibabat (ditebang pohon-pohonnya).
Selain ketiga tanaman unggulan yaitu Padi, Kedelai dan Jagung, tanah sawah para petani diwajibkan ditanami Tebu secara bergilir (glebagan)dengan maksud untuk memasok Produksi Gula yang di prakarsai oleh Pabrik Gula Semboro. Memang Babatan ini tanah sawahnya berada dikawasan Pabrik Gula Semboro, yang secara otomatis para petani harus mendukung atau berpartisipasi terhadap keberadaan Pabrik Gula, biarpun hasilnya sama sekali kurang memadai. Dan akhirnya berkembanglah pendapat bahwa tanaman tebu, RAKYAT boleh ikut menanam dan tebunya lebih lanjut dijual kepada pihak pabrik gula. Kemudian berkembang lagi bahwa Pabrik Gula hanya sanggup menggiling tebunya saja, sedang gulanya supaya dikelola oleh petani sendiri dan seterusnya ............ dan seterunya............, wal akhir petani lebih suka menanam yang lain yaitu JERUK.
=====:Penulis naskah dan kolektor : mBah Sakrip:====
Jumat, 01 April 2011
Seri 4. MENUNGGU waktu........
Ah........membosankan. Menunggu waktu memang membosankan. Seperti terlihat digambar, Ustad Ma'ruf (Lurah Kelompok 4 pakai kopyah), Ustadzah Alifatusholihah (tengah) dan penulis naskah ini (Sakrip) ketiga insan itu tampak lelah menunggu hari yang ke 30. Pada hal sekarang hari yang ke 28, kegiatan KKN dihari itu menyelenggarakan seminar ANTI PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI, bekerjasama dengan sahabat-sahabat IPNU dan IPPNU Anak Cabang Kepung - Pare, Kabupaten Kediri. Sebagai pemateri adalah Bapak Anis Bakhtiar, M.Fil., dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Pesertanya cukup lumayan banyak, para remaja dari MI dan SMP sekitar Desa Brumbung, lebih kurang 250 orang.
Aplous sangat meriah dari para peserta seminar, menggema digedung Madrasah Diniah yang cukup besar di Dusun Campurejo, Desa Brumbung , mengiringi untaian pemateri yang lagi semangat memberikan isi dalam seminar tersebut. Usai menyampaikan materinya, selanjutnya dibuka forum tanya jawab dan diskusi. Sesion ini juga lebih menarik dan meriah, forum ini lebih hidup dan sampai waktu berakhir pertanyaanpun masih ada. Walhasil pihak penyelenggara mengintruksikan kepada peserta seminar agar pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat disampaikan agar ditulis, kemudian ditipkan kepada panitia. Sedangkan jawaban akan dikirim via cetakan kepada pengurus IPNU dan IPPNU anak cabang Kepung - Pare, Kediri.
Dengan penuh harap agar seminar tersebut mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah SWT, maka di akhirilah seminar tersebut dengan bacaan do'o oleh Ustad Muhammad Safi'i (peserta KKN).
Aplous sangat meriah dari para peserta seminar, menggema digedung Madrasah Diniah yang cukup besar di Dusun Campurejo, Desa Brumbung , mengiringi untaian pemateri yang lagi semangat memberikan isi dalam seminar tersebut. Usai menyampaikan materinya, selanjutnya dibuka forum tanya jawab dan diskusi. Sesion ini juga lebih menarik dan meriah, forum ini lebih hidup dan sampai waktu berakhir pertanyaanpun masih ada. Walhasil pihak penyelenggara mengintruksikan kepada peserta seminar agar pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat disampaikan agar ditulis, kemudian ditipkan kepada panitia. Sedangkan jawaban akan dikirim via cetakan kepada pengurus IPNU dan IPPNU anak cabang Kepung - Pare, Kediri.
Dengan penuh harap agar seminar tersebut mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah SWT, maka di akhirilah seminar tersebut dengan bacaan do'o oleh Ustad Muhammad Safi'i (peserta KKN).
Langganan:
Postingan (Atom)