DESA SIDOMEKAR adalah pemekaran dari Desa Semboro, Kecamatan Tanggul - Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah satu padukuhan Desa Sidomekar adalah Padukuhan Babatan, yang tempo doeloe jejuluk Padukuhan Semboro Babatan Sidodadi. Seperti tampak pada gambar, Padukuhan Babatan sama dengan padukuhan-padukuhan yang lain di kawasan Desa Semboro waktu itu, petaninya punya pruduk yang dibanggakan selain Padi, dan Jagung yaitu Tanaman KEDELAI. Gambar tersebut dijepret oleh penulis naskah ini pada tahun 1973 "waktu itu penulis masih kuliah di A3S Kota Malang"
Cobalah kita amati gambar disamping : Kusir Cikar Kang Miskan, dibantu oleh pemuda tani Babatan a.l : Kang Wajib, Kang Seman, Cak Ponidi, Kang Haji Rofii dan lain-lain. Mereka baru saja tiba dari sawah untuk selanjutnya Kedelai disimpan digudang, kemudian dipanaskan dan selanjutnya di "geblog" ramai-ramai. Hasilnya lumayan..................... Biasanya para petani langsung menjual hasilnya dan tidak menyimpan biji kedelai tersebut lebih lama. Alasan mereka mungkin selain biji kedelai tidak tahan disimpan karena alasan cuaca, para petani tergesa menggunakan uangnya untuk membiayai jadwal tanaman berikutnya, yaitu tanam Jagung.
Kedelai memang membutuhkan cuaca yang pasti, yaitu ditanam pada saat cuaca mengalami transisi dari musim penghujan ke musin kemarau. Pada saat kedelai ditanam musim hujan hampir berakhir sampai masa tumbuh, sedangkan saat kedelai dipanen musim sudah berganti kemarau. Pada musim kemarau inilah petani bisa mengulitinya yang waktu itu masih dengan cara tradisional yaitu dipukuli ramai-ramai, yang biasa disebut dengan "digeblog".
Produk unggulan jenis Kedelai ini berlangsung sangat lama dan secara rutinitas telah dilakukan oleh nenek moyang warga Padukuhan Babatan. Setahu saya nenek moyang mereka antara lain : mBah Joyo, mBah Mujoyo, mBah Mangun, mBah Kadar, mBah Kartawi dan masih banyak lagi. Dikatakan Babatan sebab tempo doeloe memang padukuhan tersebut kawasan pemekaran dari wilayah utara (TANGGUL), kawasan yang masih dibabat (ditebang pohon-pohonnya).
Selain ketiga tanaman unggulan yaitu Padi, Kedelai dan Jagung, tanah sawah para petani diwajibkan ditanami Tebu secara bergilir (glebagan)dengan maksud untuk memasok Produksi Gula yang di prakarsai oleh Pabrik Gula Semboro. Memang Babatan ini tanah sawahnya berada dikawasan Pabrik Gula Semboro, yang secara otomatis para petani harus mendukung atau berpartisipasi terhadap keberadaan Pabrik Gula, biarpun hasilnya sama sekali kurang memadai. Dan akhirnya berkembanglah pendapat bahwa tanaman tebu, RAKYAT boleh ikut menanam dan tebunya lebih lanjut dijual kepada pihak pabrik gula. Kemudian berkembang lagi bahwa Pabrik Gula hanya sanggup menggiling tebunya saja, sedang gulanya supaya dikelola oleh petani sendiri dan seterusnya ............ dan seterunya............, wal akhir petani lebih suka menanam yang lain yaitu JERUK.
=====:Penulis naskah dan kolektor : mBah Sakrip:====
Cobalah kita amati gambar disamping : Kusir Cikar Kang Miskan, dibantu oleh pemuda tani Babatan a.l : Kang Wajib, Kang Seman, Cak Ponidi, Kang Haji Rofii dan lain-lain. Mereka baru saja tiba dari sawah untuk selanjutnya Kedelai disimpan digudang, kemudian dipanaskan dan selanjutnya di "geblog" ramai-ramai. Hasilnya lumayan..................... Biasanya para petani langsung menjual hasilnya dan tidak menyimpan biji kedelai tersebut lebih lama. Alasan mereka mungkin selain biji kedelai tidak tahan disimpan karena alasan cuaca, para petani tergesa menggunakan uangnya untuk membiayai jadwal tanaman berikutnya, yaitu tanam Jagung.
Kedelai memang membutuhkan cuaca yang pasti, yaitu ditanam pada saat cuaca mengalami transisi dari musim penghujan ke musin kemarau. Pada saat kedelai ditanam musim hujan hampir berakhir sampai masa tumbuh, sedangkan saat kedelai dipanen musim sudah berganti kemarau. Pada musim kemarau inilah petani bisa mengulitinya yang waktu itu masih dengan cara tradisional yaitu dipukuli ramai-ramai, yang biasa disebut dengan "digeblog".
Produk unggulan jenis Kedelai ini berlangsung sangat lama dan secara rutinitas telah dilakukan oleh nenek moyang warga Padukuhan Babatan. Setahu saya nenek moyang mereka antara lain : mBah Joyo, mBah Mujoyo, mBah Mangun, mBah Kadar, mBah Kartawi dan masih banyak lagi. Dikatakan Babatan sebab tempo doeloe memang padukuhan tersebut kawasan pemekaran dari wilayah utara (TANGGUL), kawasan yang masih dibabat (ditebang pohon-pohonnya).
Selain ketiga tanaman unggulan yaitu Padi, Kedelai dan Jagung, tanah sawah para petani diwajibkan ditanami Tebu secara bergilir (glebagan)dengan maksud untuk memasok Produksi Gula yang di prakarsai oleh Pabrik Gula Semboro. Memang Babatan ini tanah sawahnya berada dikawasan Pabrik Gula Semboro, yang secara otomatis para petani harus mendukung atau berpartisipasi terhadap keberadaan Pabrik Gula, biarpun hasilnya sama sekali kurang memadai. Dan akhirnya berkembanglah pendapat bahwa tanaman tebu, RAKYAT boleh ikut menanam dan tebunya lebih lanjut dijual kepada pihak pabrik gula. Kemudian berkembang lagi bahwa Pabrik Gula hanya sanggup menggiling tebunya saja, sedang gulanya supaya dikelola oleh petani sendiri dan seterusnya ............ dan seterunya............, wal akhir petani lebih suka menanam yang lain yaitu JERUK.
=====:Penulis naskah dan kolektor : mBah Sakrip:====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar